Semua soal karakter. Bahkan kepemimpinan pun
soal karakter. Seperti yang dikatakan Jocelyn Davis: kepemimpinan besar bukan soal berpidato yang hebat, atau merancang
menggulingkan pemerintahan atau mengerahkan pasukan dalam jumlah yang besar.
Tetapi soal janji-janji yang ditepati atau dilanggar, keputusan-keputusan yang
dibuat dengan bijaksana atau terburu-buru, dan pendapat-pendapat yang
disampaikan dengan ejekan atau senyuman. Singkatnya kepemimpinan adalah soal
karakter.
Bukan
hanya soal kepemimpinan, tetapi semua soal dalam kehidupan ini adalah soal
karakter. Soal mendidik anak adalah soal karakter. Anda tidak akan bisa
mendidik anak dengan baik, jika anda tidak mempunyai karakter yang kuat. Apa profesi juga soal karakter. Soal
bertetangga juga soal karakter; soal mengendarai kendaraan di jalan raya juga
soal karakter. Setiap hal, bahkan bila itu Anda sendirian pun juga soal
karakter. Misalnya Anda disebuah hutan seorang diri. Anda tersesat. Anda merasa
kelaparan; anda bisa menyerah atau atau berjuang mencari jalan keluar adalah
soal karakter. Contoh kedua, bila anda tidur di kamar seorang diri, Anda bisa
saja langsung tidur atau anda akan berdoa terlebih dahulu itu juga soal
karakter
Jika semua hal terkait dengan karakter, itu
artinya karakter menjadi factor penentu kebahagiaan. (Saya lebih suka
menggunakan kata kebahagiaan daripada kata sukses.) Sekolah sebagai Lembaga formal
harus memandang Pendidikan karakter menjadi bagian terpenting dalam semua
aktivitasnya. Termasuk proses pembelajaran di kelas, apapun pelajaran atau
bidang studi yang diajarkan, pengembangan karakter harus menjadi sasaran pokok.
Belajar Matetika bukan lagi soal mengajarkan penjumlahan atau rumus-rumus tetapi
soal karakter, yakni bagaimana siswa secara tekun, sabar dan berpikir proseduran
dalam keteraturan. Ini adalah soal karakter. Nah, apalagi pelajaran humaniora
seperti kewarganegaraan, agama, budi pekerti, sejarah, music, olah raga dan
lainnya.
Kelas berkaraker mensyaratkan guru yang
berkarakter juga. Disini penting sekalo guru terus mengembangkan diri,
membangun karakter yang kuat, seperti rendah hati, sabar dan seterusnya. Guru
seperti ini menjadi guru sejati dalam sekolah. Guru minimal mempunyai
mentalitas dasar yang baik ( Basic
Mentality Training) Program ini sangat menarik sekaligus sangat penting
bagi para guru. Agar guru sungguh menjadi pendidik dan pengajar yang digerakkan
oleh hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar