Saya yakin istilah retret tidak asing bagi sebagian besar
guru sekolah swasta Katolik/Kristen. Sebuah model pembinaan diri siswa yang
khas pada sekolah swasta Katolik. Retret sendiri berasal dari kata “retreat” (
Inggris) yang artinya menarik diri. Menarik diri dapat diartikan secara fisik
dan non fisik. Secara fisik menarik diri yaitu peserta retret dibawa ke tempat
yang sunyi. Menarik diri dari keramaian dan dari kegiatan sehari-hari. Secara non
fisik menarik diri berarti perserta diajak menarik pengalaman-pengalaman diri
sendiri kemudian diolah dengan sudut pandang Tuhan. Karena itu retret selalu
berciri rohani. Pada mulanya retret merupakan aktivitas mengelola kehidupan
spiritual. Tujuan retret adalah transformasi diri. Perubahan diri menjadi lebih
baik berdasarkan pengolahan pengalaman. Pengolahan pengalaman ini selalu
melibatkan Tuhan. Karena itulah retret ala Katolik ditandai dengan kesunyian total
(siletium magnum). Kesunyian total
dalam retret berdasarkan pada sebuah keyakinan bahwa manusia mampu mendengarkan
suara Tuhan dalam keheningan dan ketenangan. Dasar kitab sucinya adalah
pengalaman Nabi Elia dalam 1 Raja-Raja 19:11-13 Allah bicara kepada Elia dalam
angin sepoi-sepoi basa.Dalam keheningan itu, Elia mendengar suara Tuhan.
Trandisi retret menjadi kegiatan yang sangat penting dalam
agama Katolik, Kristen, dan Budha. Tentu dalam bentuk yang berbeda.
Metode Retret terus berubah
Retret sebagai warisan Gereja perdana terus menerus dihayati umat
sebagai metode perubahan diri menjadi lebih baik. Metode yang digunakan para pendamping
retret berbeda sesuai dengan tingkat usia peserta dan konteks latar belakang
mereka. Beberapa hal berikut ini sesungguhnya tidak bisa ditiadakan dalam
setiap retret kendati metode yang digunakan tidak lagi sama dengan metode yang
diwariskan gereja.
1)
Kesunyian atau silentium magnum. Keheningan tidak
boleh ditiadakan. Semaju apa pun era. Secanggih apa pun teknologi. Keheningan situasi
yang paling ideal untuk mampu mendengarkan suara Tuhan. Dalam keheningan itu, peserta
akan makin dimudahkan untuk berdialog dengan dirinya sendiri dan dengan Tuhan. Keheningan
ini begitu berat dan menyiksa diri terutama untuk peserta yang biasa dalam
hiurk pikuk kota besar. Karena begietu berat dan menyiksa seringkali pendamping
retret mentolerasi tidak ada silentium. Jelas ini tidak tepat.
2)
Menulis. Aktivitas menulis mutlak dalam retret. Yang ditulis
adalah refleksi diri. Yang ditulis pada refleksi ini bisa apa yang dirasakan,
apa yang dipikirkan dan bagaimana seharusnya melakukan dan merasakan . dasarnya
adalah peristiwa hidup yang telah terjadi. Manfaat menulis ini sangat besar perkembangan
diri. Anda pasti ingat perkataan Plato “Hidup yang tidak direfleksikan adalah
hiidup yang tidak layak dijalani”. Refleksi yang yang dilakukan secara serius
akan membawa perubahan pada diri seseorang. Ia akan semakin mengetahui siapa
dirinya dihadapan Tuhan; dan bagaimana seharusnya ia merasa, berpikir dan bertindak.
Dengan menulis refleksi, kita akan semakin tahu apa kekurangan, kelemahan dan
apa kekuatan kita. Dengan menulis refleksi ini, peribahasa “Pengalaman adalah
guru yang paling baik” menjadi benar. Dan lagi dengan menulis, Anda akan
semakin tahu apa yang Anda tahu. Karena itulah mengapa para siswa perlu menulis.
3)
Doa. Seuatu kesempatan saya diminta membantu teman
mendapingi retret anak-anak SMA. Saya tidak merancang proses retret ini. Saya sekadar
membantu mengisi sesi tertentu. Saat saya lihat seluruh jadual retret, alangkah
terkejutnya saya karena tidak ada aktivitas doa. Doa itu sangat penting. Apalagi
ketika kita retret. Peserta mampu menangkap kehendak Tuhan karena melalu
digerakkan oleh Roh Kudus. Agar Roh Kudus berkarya, maka doa menjadi sangat penting.
Doa yang dilakukan secara khusuk membuat hati kita peka terhadap bisikan Roh
Kudus dan bisikan suara lain yang tidak perlu didengarkan.
4)
Sharing kelompok. Aktivitas ini sangat penting dan
selalu menjadi bagian retret Katolik. Pasalnya sharing bagian dari panggilan
kita sebagai uamt Allah. Sharing adalah berbagi. Berbagi pengalaman rohani akan
sangat menguatkan orang lain menghadapi hidup yang tidak mudah. Sharing juga
menjadi media Allah berbicara kepada kita.
Fun games tentu saja perlu tetapi
tidak mutlak. Games yang dilaksanakan dalam retret yaitu permainan yang mempu
mencairkan kekakuan. Permainan yang membuat peserta kembali fokus, permainan
yang membuat peserta makin mudah memahami siapa dirinya dan orang lain. Permainan
yang tepat dengan topik retret bisa menjadi refleksi yang efektif. Hindarkan permainan
yang tidak diberi makna. Hindakan pula permainan yang tidak melibatkan perserta.
Retret Update
Empat poin di atas harus terus dipertahankan
dalam setiap retret, Agar retret itu efekti tentu saja peserta harus menikmati.
Karena itu metode yang dugunakan haruslah update jangan out of date. Empat unsur
penting di atas bisa dilakukan dengan metode yang berbeda dan bervariasi.
Misalnya, berdoa tidak harus selalu di kapel atau diruangan dengan duduk. Berdoa
bisa dilakukan dengan cara pergi ke taman kemudian mencari tanaman yang kita kagumi.
Dengan kekaguman terhadap tanaman itu, kita bisa bersyukur, jika Tuhan menghias
tanaman itu begitu indah, betapa Tuhan tidak menghias kita dengan teramat
indah?