Sesi Pendidikan Perkoperasian |
Berpuluh tahun menjadi
guru, bertahun-tahun itu pula saya melakukan pendampingan, pelatihan, retret,
rekoleksi, pengajaran baik kepada para siswa maupun kepada masyarakat dewasa. Banyak
literatur dan diktat yang mengulas kondisi prasyarat bagi kesuksesan, juga
kompetensi penentu kesuksesan seseorang. Dari refleksi dan aksi pemberdayaan
yang saya lakukan, saya meyakini tiga pilar yang sangat menentukan bagi produktivitas
seseorang. Tiga pilar itu adalah pengetahuan, ketrampuilan dan sikap. Tiga pilar
ini sangat popular dengan istilah kodnitif, psikomotorik dan afektif. Tidak pilar
ini menjadi kompetensi inti setiap orang yang mau mencapai produktivitas
maksimal.
Berbasis pada tiga
kompetensi inti ini saya merancang pelatihan, retret maupun rekoleksi. Tentu dengan
penekanan yang berbeda sesuai dengan topik yang sedang didalami. Misalnya,
ketika saya memberi retret kepada para siswa dari sekolah katolik, penekanan
pada sikap akan lebih besar dibandingkan ketika saya memberikan pelatihan
kepada para karyawan atau guru yang lebih membutuhkan peningkatkan ketrampilan.
Berbeda lagi ketika saya memberikan pelatihan kepemimpinan. Pada sesi seperti
ini dua kompetensi terakhir diberi porsi yang lebih besar dibangikan kompetensi
pengetahuan.
Sesi Pengolahan Hati dan Rasa |
Setiap
Orang Harus Produktif
Produktivitas menjadi
panggilan bukan lagi sebuah keharusan untuk sebuah imbalan sebagaimana dalam
dunia kerja. Produktivitas sebagai panggilan jelas disampaiakan oleh Yesus
dalam sebuah perumpamaan talenta. Ada seorang kaya raya hendak pergi jauh dalam
waktu yang lama. Sebelum pergi, ia memanggil tiga pegawainya. Kepada yang
pertama dipercayakan lima talenta. Pegawai yang kedua diberi tiga talenta dan
pegawai yang ketiga diberi satu talenta. Kepada meraka dipesankan agar talenta
itu dikembangkan. Lalu tuan itu pergi. Pada saat ia kembali, ketiga pegawai itu
dipanggil dan masing-masing melaporkan apa yang mereka lakukan dengan talenta
yang dipercayakan itu. pegawai yang pertama dan kedua melaporkan hasil
kelipatan dari talenta yang dipercayakan. Kepada kedua pegawai itu, si tuan
memberi pujian dan kepercayaan yang lebih besar. Kemudian datanglah pegawai
yang ketiga. Ia melaporkan bahwa talenta yang dipercayakan kepadanya masih
untuh 1 talenta. Talenta itu ia simpan. Kepada pegawai ini si tuan mencela dan
memberi hukuman. Terlihat sangat jelas, si tuan tidak meliaht hasil kelipatan
tetapi produktivitas dari pegawainya. Pegawai yang produktif akan diberi
kepercayaan lebih besar alias akan dipromosikan.
Bicara
soal produktivitas, Richard Nelson Bolles pernah mengaatakan “Perusahaan anda dapat saja
memecat Anda atau memberhentikan anda tanpa peringatan atau pemberitahuan sama
sekali lantas melemparkan Anda ke jalanan” Perkataan itu disampaikan Richard
dengan maksud utama siapa saja yang tidak produktif bisa dipecat atau
diberhentikan dari perusahaan tempat kerja Anda. Satu-satunya yang menjadi
ukuran Anda dipertahankan, dan atau lebih beruntung lagi, dipromosikan adalah
produktivitas anda. Seberapa besar kontribusi anda pada perusahaan, sebesar
itulah Anda akan digaji.
Saya teringat kembali
seorang tokoh menejemen mengatakan bahwa seorang karyawan digaji dari besarnya
kontribusi karyawan tersebut terhahadap profit yang diperoleh perusahaan. Jika
ia tidak memberi kontribusi terhadap pencapaian profit, tentu ia tidak layak
digaji.
Dari
pemaparan singkat itu, saya bisa tarik sebuah benang merah bahwa produktivitas
itu soal kontribusi. Nah, seberapa besar kita bisa berkontribusi pada kehidupan
ini, sebesar itulah kehidupan akan memberikan kontribusi kepada kita. Saya
sangat meyakini, tiga pilar yang menentukan kemampuan seseorang berkontribusi pada
hidup (bangsa, perusahaan, keluarga, masyarakat) yaitu pengetahuan. Ketrampilan
dan sikap. Sekali lagi tiga kompetensi ini yang menjadi fokus saya ketika memberi
pelatihan, rekoleksi, retret, leadership dan pengajaran. Tiga kompetensi ini
pula yang saya gunakan sebagai kerangka berpikir ketika saya menulis sebuah
buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar