Senin, 03 Juni 2019

CARA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS HIDUP (Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap)

Sesi Pendidikan Perkoperasian

Berpuluh tahun menjadi guru, bertahun-tahun itu pula saya melakukan pendampingan, pelatihan, retret, rekoleksi, pengajaran baik kepada para siswa maupun kepada masyarakat dewasa. Banyak literatur dan diktat yang mengulas kondisi prasyarat bagi kesuksesan, juga kompetensi penentu kesuksesan seseorang. Dari refleksi dan aksi pemberdayaan yang saya lakukan, saya meyakini tiga pilar yang sangat menentukan bagi produktivitas seseorang. Tiga pilar itu adalah pengetahuan, ketrampuilan dan sikap. Tiga pilar ini sangat popular dengan istilah kodnitif, psikomotorik dan afektif. Tidak pilar ini menjadi kompetensi inti setiap orang yang mau mencapai produktivitas maksimal.
Berbasis pada tiga kompetensi inti ini saya merancang pelatihan, retret maupun rekoleksi. Tentu dengan penekanan yang berbeda sesuai dengan topik yang sedang didalami. Misalnya, ketika saya memberi retret kepada para siswa dari sekolah katolik, penekanan pada sikap akan lebih besar dibandingkan ketika saya memberikan pelatihan kepada para karyawan atau guru yang lebih membutuhkan peningkatkan ketrampilan. Berbeda lagi ketika saya memberikan pelatihan kepemimpinan. Pada sesi seperti ini dua kompetensi terakhir diberi porsi yang lebih besar dibangikan kompetensi pengetahuan.
Sesi Pengolahan Hati dan Rasa 
Setiap Orang Harus Produktif
Produktivitas menjadi panggilan bukan lagi sebuah keharusan untuk sebuah imbalan sebagaimana dalam dunia kerja. Produktivitas sebagai panggilan jelas disampaiakan oleh Yesus dalam sebuah perumpamaan talenta. Ada seorang kaya raya hendak pergi jauh dalam waktu yang lama. Sebelum pergi, ia memanggil tiga pegawainya. Kepada yang pertama dipercayakan lima talenta. Pegawai yang kedua diberi tiga talenta dan pegawai yang ketiga diberi satu talenta. Kepada meraka dipesankan agar talenta itu dikembangkan. Lalu tuan itu pergi. Pada saat ia kembali, ketiga pegawai itu dipanggil dan masing-masing melaporkan apa yang mereka lakukan dengan talenta yang dipercayakan itu. pegawai yang pertama dan kedua melaporkan hasil kelipatan dari talenta yang dipercayakan. Kepada kedua pegawai itu, si tuan memberi pujian dan kepercayaan yang lebih besar. Kemudian datanglah pegawai yang ketiga. Ia melaporkan bahwa talenta yang dipercayakan kepadanya masih untuh 1 talenta. Talenta itu ia simpan. Kepada pegawai ini si tuan mencela dan memberi hukuman. Terlihat sangat jelas, si tuan tidak meliaht hasil kelipatan tetapi produktivitas dari pegawainya. Pegawai yang produktif akan diberi kepercayaan lebih besar alias akan dipromosikan.
Bicara soal produktivitas, Richard Nelson Bolles pernah  mengaatakan “Perusahaan anda dapat saja memecat Anda atau memberhentikan anda tanpa peringatan atau pemberitahuan sama sekali lantas melemparkan Anda ke jalanan” Perkataan itu disampaikan Richard dengan maksud utama siapa saja yang tidak produktif bisa dipecat atau diberhentikan dari perusahaan tempat kerja Anda. Satu-satunya yang menjadi ukuran Anda dipertahankan, dan atau lebih beruntung lagi, dipromosikan adalah produktivitas anda. Seberapa besar kontribusi anda pada perusahaan, sebesar itulah Anda akan digaji.
 
Sesi Ketrampilan Mengungkapkan Rasa
Saya teringat kembali seorang tokoh menejemen mengatakan bahwa seorang karyawan digaji dari besarnya kontribusi karyawan tersebut terhahadap profit yang diperoleh perusahaan. Jika ia tidak memberi kontribusi terhadap pencapaian profit, tentu ia tidak layak digaji.
Dari pemaparan singkat itu, saya bisa tarik sebuah benang merah bahwa produktivitas itu soal kontribusi. Nah, seberapa besar kita bisa berkontribusi pada kehidupan ini, sebesar itulah kehidupan akan memberikan kontribusi kepada kita. Saya sangat meyakini, tiga pilar yang menentukan kemampuan seseorang berkontribusi pada hidup (bangsa, perusahaan, keluarga, masyarakat) yaitu pengetahuan. Ketrampilan dan sikap. Sekali lagi tiga kompetensi ini yang menjadi fokus saya ketika memberi pelatihan, rekoleksi, retret, leadership dan pengajaran. Tiga kompetensi ini pula yang saya gunakan sebagai kerangka berpikir ketika saya menulis sebuah buku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adakah Hukuman itu Membuat Siswa Menjadi Lebih Baik?

Pertanyaan ini bisa menimbulkan pro dan kontra terhadap adanya hukuman bagi siswa yang melanggar peraturan. Saya menjadi guru hampir 20 tahu...