Sumber gambar: emotionalflutter.com |
Topik memilih
jurusan kuliah untuk anak-anak SMA selalu menjadi program pokok sekolah dan
orang tua. Secara rutin sekolah mengadakan pameran pendidikan bagi para
siswanya. Apakah program dan kegiatan tersebut efektif membantu siswa dan orang
tua menentukan pilihan jurusan kuliah? Pertanyaan ini menjadi refleksi semua
pihak, baik sekolah, siswa dan orang tua.
Saya seorang
pendidik, saya juga seorang ayah dari dua orang anak yang memasuki masa untuk
menentukan pilihan jurusan kuliah. Ketika saya tanya anak saya “Kak, Kakak mau kuliah
dimana dan jurusan apa?” dia jawab “Belum tahu”. Anak saya saat ini naik kelas
11 dari program studi IPA. Kebetulan tiga hari lalu kami mendapatkan tamu. Ia mantan murid istri saya yang sekarang bekerja
sebagai konsultan pendidikan dan bekerja sama dengan beberapa organisasi non
pemerintah menangani korban konflik negara-negara berkembang. Ia lulusan UI
dari fakultas psikologi. Saat ini ia mempunyai proyek edukasi anak menuju
kemandirian. Proyek ini sangat menarik karena anak usia SMP dan SMA diajak
backpacker ke kota besar dan luar negeri tanpa didampingi orang tua mereka. Anak-anak
diajari bagiamana mengurus perjalanan, mengurus makan dan tempat tinggal. Pertanyaan
mengapa memilih ini dan bukan itu menjadi dasar pola berpikir program ini. Dari
obrolan kami topik kamu akan kuliah
dimana dan jurusan apa menjadi pembicaraan kami. Saya menarik dua poin penting
bagi orang tua dan sekolah selain mengarahkan anak untuk bisa memilih tempat
kulaih dan jurusan yang tepat. Inilah dua poin tersebut.
1)
Telusuri
minat dan bakat anak sejak awal. Menelusuri minat dan bakat anak ketika dia SMA
sudah terlambat. Anak SMA sudah berada
pada gerbang akan masuk kuliah dan memilih jurusan. Bagaimana cara menelusuri
minat dan bakat anak, terdapat banyak lembaga yang memberi layanan. Jika orang
tua tidak memiliki akses ke lembaga seperti ini orang tua bisa melakukan
penelusuran ini dengan meningkatkan intensitas komunikasi dengan anak. Misalnya,
anak dilibatkan secara langsung pada pekerjaan orang tua. Program live-in sebenarnya
bisa digunakan sebagai media bagi sekolah untuk menelusuri minat dan bakat.
(saya akan mengulas ini pada bagian lain). Saya berkunjung ke rumah teman. Ia seorang
TNI. Kesehariannya selain bertugas di kodim, ia mempunyai ternak sapi. Dari ternak
sapi ini ia mampu membeli beberapa petak tanah dan investasi lain. Yang menarik
saya perhatikan adalah kedekatan teman saya ini dengan anak lakinya. Anak lakinya
terlibat langsung dalam pemeliharaan sapi. Suatu kesempatan tanpa ada adanya
teman saya cerita minat anaknya ketika nanti kuliah. Saat ini anaknya duduk di
SMP
2)
Poin
kedua ini sangat penting untuk sekolah dan orang tua, yaitu pengembangan katekter
anak. Apa pun jurusan kuliah anak, sekalipun itu tidak sesuai dengan bakatnya,
ketika anak mempunyai karakter yang baik ia akan sukses. Karakter itu antara
lain, tanggung jawab, kemandirian dan integritas. Anak yang mandiri dan
bertanggung jawab akan bekerja dengan kualitas terbaik. Ia akan belajar menyelesaikan
kuliah dan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Kemandirian dan tanggung jawab
ini akan makin bersinar dengan integritas diri. Karena itulah pendidikan
karakter tetap harus menjadi fokus dan dasar pendidikan di sekolah. Pradigma lama
bahwa pendidikan karakter menjadi ranah dan tanggung jawab keluarga harus ditinggalkan.
Mengapa? Karena sekolah bukan hanya lembaga transmisi budaya tetapi juga
menjadi lembaga tranformasi manusia secara utuh. Didalam sekolah siswa dibentuk
memiliki kecakapan dan keluwesan menyesuaikan diri dan cepat belajar dari
perubahan yang ada. Di sekolah siswa dibentuk menjadi pribadi yang mandiri,
bertanggung jawab, berintegritas.
Menentukan pilihan kuliah dan juruan
memang sangat penting dan tidak mudah. Tapi semua itu akan menjadi lebih mudah ketika
siswa/anak mempunyai karakter yang kuat dalam kemandirian, tanggung jawab dan
integritas diri. Pembentukan karakter bukan melulu tanggung jawab orang tua
tetapi juga dan terlebih sekolah dalam era digital ini. Bagaimana menurut Anda?
Silakan memberi pendapat….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar