Rabu, 05 Juni 2019

Anak Bingung Memilih Jurusan Kuliah, Ini yang Harus dilakukan Orangtua

Sumber gambar: emotionalflutter.com

Topik memilih jurusan kuliah untuk anak-anak SMA selalu menjadi program pokok sekolah dan orang tua. Secara rutin sekolah mengadakan pameran pendidikan bagi para siswanya. Apakah program dan kegiatan tersebut efektif membantu siswa dan orang tua menentukan pilihan jurusan kuliah? Pertanyaan ini menjadi refleksi semua pihak, baik sekolah, siswa dan orang tua.
Saya seorang pendidik, saya juga seorang ayah dari dua orang anak yang memasuki masa untuk menentukan pilihan jurusan kuliah. Ketika saya tanya anak saya “Kak, Kakak mau kuliah dimana dan jurusan apa?” dia jawab “Belum tahu”. Anak saya saat ini naik kelas 11 dari program studi IPA. Kebetulan tiga hari lalu kami mendapatkan tamu. Ia  mantan murid istri saya yang sekarang bekerja sebagai konsultan pendidikan dan bekerja sama dengan beberapa organisasi non pemerintah menangani korban konflik negara-negara berkembang. Ia lulusan UI dari fakultas psikologi. Saat ini ia mempunyai proyek edukasi anak menuju kemandirian. Proyek ini sangat menarik karena anak usia SMP dan SMA diajak backpacker ke kota besar dan luar negeri tanpa didampingi orang tua mereka. Anak-anak diajari bagiamana mengurus perjalanan, mengurus makan dan tempat tinggal. Pertanyaan mengapa memilih ini dan bukan itu menjadi dasar pola berpikir program ini. Dari obrolan kami topik  kamu akan kuliah dimana dan jurusan apa menjadi pembicaraan kami. Saya menarik dua poin penting bagi orang tua dan sekolah selain mengarahkan anak untuk bisa memilih tempat kulaih dan jurusan yang tepat. Inilah dua poin tersebut.

1)      Telusuri minat dan bakat anak sejak awal. Menelusuri minat dan bakat anak ketika dia SMA sudah terlambat. Anak SMA sudah  berada pada gerbang akan masuk kuliah dan memilih jurusan. Bagaimana cara menelusuri minat dan bakat anak, terdapat banyak lembaga yang memberi layanan. Jika orang tua tidak memiliki akses ke lembaga seperti ini orang tua bisa melakukan penelusuran ini dengan meningkatkan intensitas komunikasi dengan anak. Misalnya, anak dilibatkan secara langsung pada pekerjaan orang tua. Program live-in sebenarnya bisa digunakan sebagai media bagi sekolah untuk menelusuri minat dan bakat. (saya akan mengulas ini pada bagian lain). Saya berkunjung ke rumah teman. Ia seorang TNI. Kesehariannya selain bertugas di kodim, ia mempunyai ternak sapi. Dari ternak sapi ini ia mampu membeli beberapa petak tanah dan investasi lain. Yang menarik saya perhatikan adalah kedekatan teman saya ini dengan anak lakinya. Anak lakinya terlibat langsung dalam pemeliharaan sapi. Suatu kesempatan tanpa ada adanya teman saya cerita minat anaknya ketika nanti kuliah. Saat ini anaknya duduk di SMP

2)      Poin kedua ini sangat penting untuk sekolah dan orang tua, yaitu pengembangan katekter anak. Apa pun jurusan kuliah anak, sekalipun itu tidak sesuai dengan bakatnya, ketika anak mempunyai karakter yang baik ia akan sukses. Karakter itu antara lain, tanggung jawab, kemandirian dan integritas. Anak yang mandiri dan bertanggung jawab akan bekerja dengan kualitas terbaik. Ia akan belajar menyelesaikan kuliah dan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan makin bersinar dengan integritas diri. Karena itulah pendidikan karakter tetap harus menjadi fokus dan dasar pendidikan di sekolah. Pradigma lama bahwa pendidikan karakter menjadi ranah dan tanggung jawab keluarga harus ditinggalkan. Mengapa? Karena sekolah bukan hanya lembaga transmisi budaya tetapi juga menjadi lembaga tranformasi manusia secara utuh. Didalam sekolah siswa dibentuk memiliki kecakapan dan keluwesan menyesuaikan diri dan cepat belajar dari perubahan yang ada. Di sekolah siswa dibentuk menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, berintegritas.
Menentukan pilihan kuliah dan juruan memang sangat penting dan tidak mudah. Tapi semua itu akan menjadi lebih mudah ketika siswa/anak mempunyai karakter yang kuat dalam kemandirian, tanggung jawab dan integritas diri. Pembentukan karakter bukan melulu tanggung jawab orang tua tetapi juga dan terlebih sekolah dalam era digital ini. Bagaimana menurut Anda? Silakan memberi pendapat….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adakah Hukuman itu Membuat Siswa Menjadi Lebih Baik?

Pertanyaan ini bisa menimbulkan pro dan kontra terhadap adanya hukuman bagi siswa yang melanggar peraturan. Saya menjadi guru hampir 20 tahu...